INFINITE LOVE (Chapter 8)

Title                 : Infinite Love (Chapter 8)

Author             : Bee678

Rating             : Teenager

Length             : Chapter

Genre              : Romance

Cast                 : Nam Woohyun, Park Jiyeon

Other cast        :Im Jaebum, Jung Soo Jung (Krystal), INFINITE Member’s

Disclaimer       : 100% original buatan author kecuali castnya..Say No to tukang fotokopi (Plagiat!!)

*NB: huaahahahahaha..senangnyaaa!! akhrinya bisa kembali setelah berminggu-minggu “perang” sama yang namanya skripsi..hohoho.dan yang part ini agak lebih panjang..abis kagok..hohohoho..OK! Happy Reading..jangan lupa komentar biar semangat lanjutinnya..GOMAWO..GBU all ^^

All Author POV

“Park Jiyeon, aku ingin posisiku dihatimu kembali seperti dulu. nan neol joh-ahae!” tukas Jaebum dengan lugas. Mata Jiyeon melebar seketika. Untuk beberapa saat yeoja ini menatap Jaebum tak percaya.

“Apa keadaanku sekarang sangat menyenangkan bagimu?” tanya Jiyeon sinis kemudian. Jabeum mendengus pelan.

“Aku sudah tahu reaksimu akan seperti ini. Terserah kau mau percaya padaku atau tidak.” ujar Jaebum lalu merogoh saku belakang celananya, mengeluarkan selembar kertas foto berukuran dompet. “Ini pahlawan terakhir yang bisa kuberikan padamu.” sambung Jaebum kemudian menjejalkan kertas tadi ke tangan Jiyeon. Yeoja ini bergeming sambil menatap lurus kedua bola mata teman masa kecilnya itu. “Berhentilah menangisi namja itu! Kau tahu, tampangmu saat ini sangat jelek!” kata Jaebum dengan nada ketus khasnya. Jiyeon langsung menendang kaki namja ini, membuat Jaebum meringis kesakitan sambil menusap tulang kering kakinya sendii. Detik berikutnya namja ini kembali menegakkan tubuhnya lalu menahan tangan Jiyeon yang hendak membalikkan gambar yang dipegangnya.

“Mwoya?” omel Jiyeon kesal sambil menghempas tangan Jaebum.

“Jamkkan! Tunggu sampai aku pulang, baru kau lihat!” jawab Jaebum. Jiyeon mengerutkan keningnya.

“Kalau begitu, cepat sana pergi! Keberadaanmu malah membuat suasana hatiku semakin buruk!” kata Jiyeon tajam.

“Cih! Yaa, Park Jiyeon, kau pikir aku betah berlama-lama melihat tampangmu yang seperti nenek-nenek ini, hah?” Jiyeon langsung melotot.

Bukankah belum ada lima menit yang lalu dia mengatakan kalau ia menyukaiku, batin Jiyeon.

“Wae? Jangan kira karena aku menyukaimu, aku akan mengemis-ngemis padamu! Kau jangan terlalu besar kepala!”

“YAA, IM JAE BUM!!!” teriak Jiyeon penuh emosi dan siap melayangkan tinjunya ke wajah namja di hadapannya. Jaebum segera menahan lengan yeoja itu dengan menggengamnya. Jiyeon mulai memberontak dan tanpa diperintahakn air matanya kembali mengalir.

Setelah yeoja ini berhenti meronta, Jaebum menurunkan lengan mereka tanpa berniat melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan kurus yeoja yang tengah menundukkan kepalanya ini.

“Yaa! Kau sama saekali tidak berubah! Bahkan sepertinya semakin membangkang.” Jiyeon tetap menunduk sambil terisak.

Sudah pasti bukan karena namja di hadapannya, ia menangis seperti itu. Nama Woohyun, wajah Wooohyun, senyum Woohyun, sifat jahil Woohyun, dan kehangatan seorang Nam Woohyun terus terbayang di otaknya.

“Yaa! Aku menyuruhmu berhenti menangis!” protes Jaebum sambil menggoyangkan lengan yeoja itu. “Baiklah, kalau kau tidak mau berhenti, aku akan menciummu!” tukas Jaebum lalu mendekatkan wajahnya ke arah yeoja yang masih menunduk tersebut. Detik berikutnya Jaebum berteriak sambil memegangi hidungnya karena membentur kepala Jiyeon yang tiba-tiba mendongak. “Yaa!”

“Gomawo, Jaebum-ah!” sela Jiyeon ditengah tangisnya yang sudah mulai mereda. Jaebum mengernyit. “Aku tahu kau melakukan semua ini untuk menghiburku. Jeongmal gomawoyo!” sambung Jiyeon lalu menghapus air matanya asal.

Jaebum langsung mengalihkan matanya sambil mengosong-gosok hidungnya yang sebenarnya sudah tidak terasa sakit. Rona merah tampak jelas di kulit putih namja tampan ini meskipun ia berusaha menyembunyikannya.

“Ck! Apa sekarang kau juga ahli mengarang? Jangan terlalu banyak bermimpi!” ujar Jaebum salah tingkah lalu memutuskan untuk meninggalkan yeoja di hadapannya ini. Jiyeon hanya mendengus.

“Jangan lupa tutup lagi pintu gerbangnya!” seru Jiyeon sebelum menutup pintu kamarnya sendiri tanpa mengantar tetangganya itu. Jaebum menghela nafas sambil tersenyum sinis mendengarnya.

“Bahkan yeoja itu tidak menungguku sampai benar-benar pergi dari rumahnya.” gerutu Jaebum lalu mengeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah merasa namja itu sudah tidak ada di kediamannya, Jiyeon langsung membalikkan gambar yang sudah agak kusut karena bertengkar dengan Jaebum tadi. Detik berikutnya mulut yeoja ini menganga saat melihat bocah gemuk dengan kain merah yang diikatkan di lehernya, meniru superman, sedang tertawa lebar hingga matanya hampir tidak terlihat.

“Ige mwoya?! Apa maksudnya ia memberiku fotonya sendiri?” omel Jiyeon tak mengerti. Namun tak lama kemudian kerutan bingung di wajahnya itu berubah menjadi seulas senyum tipis. Senyuman pertamanya sejak kemarin malam. Tiba-tiba hati Jiyeon berdebar lebih cepat saat mengingat kata-kata Jaebum barusan. “Namja menyebalkan itu menyukaiku? Tidak mungkin!” gumam Jiyeon lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur yang sudah hampir tertutup tissue.

***

“Woohyun-shi, bisakah kau senyum lebih alami lagi?” untuk kesekian kalinya fotografer majalah CECI memberikan arahannya pada Woohyun. Namja itu mengangguk pelan lalu menuruti permintaan sang fotografer, mencoba memberikan senyuman terbaiknya di depan kamera yang tengah menyorotnya.

Lampu blitz kembali berkedap-kedip di studio foto yang dipenuhi oleh ketujuh namja berkemeja putih. Mereka sedang menjalani pemotretan untuk cover majalah ternama itu edisi berikutnya. Ini bukan kali pertama bagi INFINITE melakukan pemotretan majalah seperti ini. Namun ini jadi pemotretan terlama yang pernah mereka jalani. Ekspresi Woohyun yang tidak memuaskan sang fotograferlah yang menjadi alasannya.

“Kita break lima belas menit sebelum melanjutkan pemotretan individual!” seru namja gempal berkacamata yang serius memperhatikan hasil jepretannya sendiri. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri sambil menghela nafas.

Ketujuh member INFINITE beranjak ke ruang rias yang ada di ujung studio ini. Mereka duduk di kursi kosong yang telah disediakan. Para penata rias langsung mendekati ketujuh namja itu bergantian untuk memperbaiki riasan mereka atau sekedar menyeka keringat yang ada di wajah mereka.

“Nam Woohyun!” seru manajer INFINITE setengah berteriak saat masuk ke ruang rias. Seisi ruangan langsung menoleh ke arah suara. “Kalian keluarlah sebentar!” pinta sang manajer pada ketiga yeoja yang bertugas memperbaiki make-up anak-anak asuhnya itu. “Ada apa dengamu hari ini?” tanya manajer tersebut setelah hanya tinggal ia dan member INFINITE di ruangan itu.

“Mianhe, Hyung! Aku..”

“Kau tahu, kalau begini terus, fotografer itu mungkin tidak akan mengikut sertakan kau dalam fotonya!” sela sang manajer. Keenam namja lainnya langsung menatap Woohyun.

“Mianhe, aku tidak akan melakukannya lagi! Kau tenang saja, Hyung! Aku akan meminta maaf pada Tuan Kim sekarang.” jawab Woohyun lalu beranjak dari kursinya.

Belum sempat namja ini membuka pintu, seseorang sudah lebih dulu membukanya. Para member INFINITE dan sang manajer langsung melirik yeoja yang saat ini berdiri di depan pintu sambil tersenyum.

“Soojung-shi, ada apa kau kemari?” tanya sang manajer. Yeoja itu mengangkat kantong pelastik putih yang dibawanya.

“Kebetulan aku ada urusan di sekitar sini dan saat aku tahu kalian sedang melakukan pemotretan di sini, kupikir kalian memerlukan sedikit makanan untuk mengganjal perut.” jawab Soojung tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya. Tentu saja itu hanya akal-akalan yeoja manja ini.

Sang manajer langsung mengambil kantong pelastik yang disodorkan Soojung ke arahnya disusul ucapan terima kasih dari keenam namja yang berdiri hampir bersamaan. Woohyun sendiri hanya menganggukkan kepalanya sekilas sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu.  Sikap namja itu, yang terkesan sangat dingin, sukses membuat Soojung meradang.

“Maafkan dia, Soojung-shi! Suasana hatinya sedang kurang baik saat ini. Ia hendak meminta maaf pada Tuan Kim karena menghambat pemotretan kali ini.” jelas sang manajer sebelum yeoja itu mengikuti Woohyun.

“Oh, arasso! Aku tidak apa-apa.” jawab Soojung sambil memaksakan seulas senyum di wajah tirusnya.

Sudah hampir sepuluh menit Woohyun meninggalkan ruangan, tapi namja itu tak menampakkan tanda-tanda akan kembali ke tempat tersebut. Soojung sudah tidak sabar sejak tadi. Ia ingin sekali mencari namja pujaannya, kalau saja tidak ada para member INFINITE di ruangan ini.

“Haiisshh!! Jinja! Kemana lagi anak itu?” omel sang manajer gusar.

“Hyung, biar aku yang mencarinya!” ujar Sunggyu menawarkan diri.

“Baiklah! Cepat temukan anak itu dan bawa kemari!” perintah manajer itu dibalas anggukan kepala Sunggyu.

Leader INFINITE ini langsung meninggalkan ruangan menuju atap gedung studio. Firasatnya meyakinkannya kalau member yang paling dekat dengannya itu sedang menyendiri di sana. Karena hanya atap bagunan ini yang sepi dan cocok untuk suasana hati Woohyun sekarang.

Sunggyu langsung mendorong pintu besi yang menghubungkan lantai 3 studio foto ini dengan terasnya. Dugaan namja ini sangat tepat. Saat ini matanya telah menangkap sosok yang dicarinya, tengah duduk di ujung bangku kayu panjang sambil menundukkan kepalanya. Sunggyu mendekati namja itu kemudian duduk disampingnya.

“Kau bertengkar dengan Jiyeon?” tanya Sunggyu hati-hati. Woohyun tidak langsung menjawab. Namja ini bahkan tidak menoleh sama sekali pada lawan bicaranya. “Woohyun-ah, ini bukan kali pertama kau bertengkar dengan yeoja chingumu itu. Sebentar lagi juga kalian pasti akan berbaikan seperti biasanya.”

“Aku juga berharap seperti itu, Hyung! Tapi kali ini nampaknya itu hal yang sangat mustahil.” ujar Woohyun pelan. Sunggyu mengerutkan keningnya. “Jiyeon memutuskanku kemarin malam.” sambung Woohyun lirih sukses membut mata sipit Sunggyu melebar mendengarnya. “Dia mengatakan kalau dirinya lelah bersama dengan selebriti sepertiku yang tidak bisa bebas berpacaran.” kata Woohyun semakin pelan dan tanpa Sunggyu sadari setetes air mata jatuh dari mata namja di sampingnya itu.

Sang leader membuka mulutnya namun tidak ada kata-kata yang keluar dari sana. Ia hanya bisa menepuk-nepuk punggung dongsaengnya itu saking tidak tahu bagaimana harus merespon pernyataan yang sulit ia percayai. Tanpa mereka ketahui, sejak tadi Soojung mendengar semua pembicaraan mereka dari balik tembok yang berjarak tidak terlalu jauh.

“Jadi semuanya karena Park Jiyeon! Ok, Oppa, untuk kali ini aku akan membiarkannya karena mungkin kau masih perlu waktu untuk melupakan yeoja itu. “ gumam Soojung sebelum akhirnya pergi dari atap gedung tersebut.

***

Sudah tiga hari berlalu sejak malam buruk bagi Jiyeon dan Woohyun. Keduanya masih bergulat dengan rasa sesak di dada mereka masing-masing. Jiyeon diam-diam selalu menangis sebelum ia tertidur. Nafsu makannya berkurang dan yeoja ini berubah menjadi yeoja pemalas yang kerjaannya hanya meringkuk di dalam kamar. Kalaupun keluar dari kamarnya, itu hanya untuk menonton acara-acara dimana ia bisa melihat namja yang dicintainya dari layar kaca.

Eomma Jiyeon sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi pada anaknnya itu. Jiyeon seperti orang yang sudah tidak berniat hidup dan itu membuat Tae Hee cemas. Seperti malam ini, puteri semata wayangnya itu belum juga keluar kamar dan makan siang yang sudah disiapkannya belum disentuh sama sekali.

Tidak jauh beda dengan Jiyeon, kehidupan Woohyun juga menjadi sangat suram. Parahnya, suasana hatinya itu sangat mempengaruhi kinerjanya dan itu berarti mempengaruhi para member INFINITE yang lain. Sunggyu sudah memberitahukan pada member lain apa yang ia dengar dari Woohyun di atap waktu itu. Sama seperti sang leader, keenam namja ini kehabisan akal untuk membuat Woohyun ceria lagi.

“Yaa, Hyung! Mau sampai kapan kau bersedih terus? Aku sudah tidak tahan denganmu! Apakah duniamu itu berhenti karena seorang yeoja?” ujar Sungyeol kesal ditengah-tengah latihan mereka. Namja ini menjadi sangat sensitif karena kelalahan.

“Mian!” untuk kesekian kalinya Woohyun mengulang kata yang sama. Karena tidak berkonsentrasi, ia  terus melakukan kesalahan yang sama sehingga mengharuskan member INFINITE mengulang tarian mereka berkali-kali.

“Aku bosan mendengar kata-kata itu! Kau egois, Hyung! Sikapmu ini membuat kami terkena imbasnya! Harusnya kau juga memikirkan hal ini sebelum menjalin hubungan dengan yeoja itu!” kata Sungyeol yang semakin lama nada suaranya semakin meninggi.

“Yaa, Lee Sungyeol, hentikan!” tukas Sunggyu pelan tapi penuh nada perintah saat merasakan atmosfer ruang latihan itu mulai tidak enak.

“Sireo! Gyu Hyung, aku sudah tidak tahan! Orang ini hanya memikirkan dirinya sendiri! Karena dicampakan seorang wanita hidupnya menjadi tidak berguna seperti ini!”

“Yaa, Lee Sungyeol, jaga ucapanmu!” ujar Woohyun akhirnya sambil menatap tajam namja yang sedang duduk di lantai dengan ekspresi kesal yang jelas terlihat di wajahnya.

“Apa yang kukatakan benar! Kau jadi nampak sangat bodoh karena dicampakan oleh seorang Park Jiyeon! Memalukan!” kata Sungyeol tanpa bisa mengontrolnya.

Woohyun langsung mendekati namja itu dan menarik bagian depan kaosnya hingga membuat Sungyeol mendongak. Tangannya ia kepalkan siap mendaratkan pukulannya ke arah namja berambut cokelat di hadapannya. Dongwoo dan Hoya segera menarik Woohyun menjauh dari Sungyeol. Sedangkan L dan Sungjong berusaha menahan Sungyeol yang hendak melawan.

“YAA, KALIAN INI APA-APAAN?!!” bentak Sunggyu akhirnya. Hening sejenak, untuk beberapa saat hanya terdengar deru nafas yang berasal dari Woohyun dan Sungyeol. Kedua namja itu saling melempar tatapan marah satu sama lain. “Sebaiknya kalian bawa Sungyeol pulang. Aku akan bicara dengan Woohyun.” ujar Sunggyu disusul anggukan keempat member INFINITE lainnya.

Woohyun langsung terduduk dilantai kemudian memukul lantai berlapis kayu itu dengan sebelah tangannya. Sunggyu menatap namja rapuh dihadapannya itu dalam diam. Setelah tinggal mereka berdua di ruang latihan itu, Sunggyu menghampiri Woohyun dan berdiri di hadapannya.

“Aku tidak akan mengatakan apa yang dilakukan Sunyeol salah sepenuhnya. Untuk beberapa hal yang anak itu katakan memang benar. Aku dan para member lainnya sudah mencoba untuk mengerti posisimu. Tapi semakin hari kau semakin lemah dan aku yakin kau tahu jelas, kalau sikapmu yang itu tidak hanya merugikan dirimu sendiri tapi kami juga.” kata Sunggyu dengan tegas.

Woohyun mengatupkan rahangnya. Tangan kanannya mengepal menahan amarah dan sakit hati yang terus berusaha menyeruak keluar dari dalam dadanya. Sunggyu menghela nafas lalu menekuk lututnya agar sejajar dengan roommate-nya itu. Ia meremas pelan bahu kanan Woohyun.

“Kau sudah kehilangan Jiyeon, apakah kau mau kehilangan mimpimu juga?” tanya Sunggyu membuat Woohyun mendongak dan menatap lurus mata namja di depannya. “Woohyun-ah, jangan biarkan sakit hati mendomasi akal sehatmu. Tapi buatlah akal sehatmu mengontrol rasa sakit itu.” ucap Sunggyu mengakhirnya. Ia menepuk pundak Woohyun beberapa kali sebelum akhirnya meninggalkan namja itu sendiri di ruangan penuh kaca tersebut.

Setengah jam lebih Woohyun habiskan untuk menyendiri di ruang latihan tanpa melakukan apapun selain melamun. Ruangan yang dibiarkan gelap itu terasa lengang hingga akhirnya dering ponsel milik namja ini mengusiknya. Dengan berat hati Woohyun beranjak dari posisinya menuju tasnya yang disimpan di pojok ruangan. Ia merogoh ponselnya dan melihat dua pesan masuk di layarnya.

Pesan pertama datang dari Soojung. Woohyun membuka pesan tersebut dengan enggan. Isinya sudah dapat ia tebak. Baginya pesan yang dikirim yeoja itu tidak lebih dari sekedar basa basi yang perlu ia balas demi menjaga hubungan baik dengan rekan kerja itu.

From: Soojung-shi

Oppa, kau sedang apa? Aku bosan sekali saat ini.

Woohyun segera menghapus pesan tersebut tanpa berniat membalasnya. Urusan nanti bila yeoja itu mengomel padanya saat bertemu. Namja ini membuka pesan kedua yang berasal dari member INFINITE yang baru saja beradu mulut dengannya.

From: Yeol-ah

Hyung! Aku hanya akan meminta maaf karena terlalu kasar padamu. Tapi apa yang kukatakan tadi harus kau pikirkan juga! Cepatlah pulang, aku menyisakan ramen untukmu!

Namja ini tersenyum setelah membaca pesan dari Sungyeol. Ia mengetikan beberapa kata sebagai balasannya. Lalu akhirnya memutuskan untuk pulang ke dorm-nya.

***

Tok..tok..tok..tidur Jiyeon terusik saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Yeoja ini mengerang tanpa berniat membuka matanya yang masih mengantuk. Namun ketukan pintu semakin keras disusul suara rendah seorang namja yang membuat Jiyeon langsung tersentak dari tidurnya.

“Park Jiyeon! Dasar yeoja pemalas! Cepat bangun!” seru namja itu dari balik daun pintu kamar Jiyeon.

“Apa yang dia lakukan di sini pagi-pagi seperti ini?” gerutu Jiyeon lalu dengan malas beranjak menuju pintu kamarnya.

“Apa kau mau tidur selamanya?” tanya namja itu dingin saat Jiyeon baru saja membuka pintu kamarnya.

“Apa di Amerika kau diajari kata-kata tajam seperti itu? Semakin kau mengeluarkan suaramu, semakin menyebalkan bagiku!” omel Jiyeon.

“Dan semakin hari aku melihatmu, wajahmu semakin tua dengan mata bengkak dan rambut kusut seperti ini!” balas Jaebum. Jiyeon langsung memalingkan wajahya yang memang berantakan. Empat malam menagis terus membuat mata dan hidungnya memerah dan sembab.

“Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?” tanya Jiyeon kemudian. Jaebum tersenyum meremehkan lalu medekatkan jam yang melingkar di tangannya ke mata yeoja di hadapannya itu.

“Apa setengah 12 masih terbilang pagi bagimu?” sindir Jaebum. Jiyeon melirik jam tangan namja itu sekilas sebelum akhirnya mendengus. “Mandi sekarang dan cepat keluar! Aku ingin membawamu menghirup udara di luar kamarmu ini!”

“Sireo!” tolak Jiyeon cepat.

“Aku tidak  ingin mendengar penolakkan. Lagipula ini pesan dari Eommamu. Kau menangis seperti hari esok akan berakhir dan membuat Ajhuma mencemaskanmu! Dasar anak tidak sopan!” ceramah Jaebum. Jiyeon terdiam karena semua yang diucapkan namja dihadapannya itu mengena di hatinya.

“Araso! Cerewet sekali! Kau ini sebenarnya siapa, berani-beraninya menceramahiku?” gerutu Jiyeon.

“Na? Aku namja yang menyukai yeoja cengeng dan bodoh sepertimu!” tukas Jaebum yang menangkap gumaman Jiyeon. Yeoja ini langsung melotot. Mendengar kata-kata suka keluar dari mulut namja ini membuatnya tiba-tiba merasa gugup. Jiyeon terpaku dengan pipi yang memerah.  “Dan aku namja yang paling benci menunggu lama! Cepat mandi!” sambung Jaebum menyadarkan yeoja itu.

Dua pulum menit kemudian Jiyeon sudah siap. Ia mengikat rambutnya dan sengaja mengenakan kacamata bacanya untuk menyamarkan mata sembabnya.

“Kita mau ke mana?” tanya Jiyeon saat dirinya dan Jaebum berjalan menuju halte bus.

“Molla.” jawab Jaebum singkat yang dibalas dengan dengusan Jiyeon.

Tidak lama kemudian Jaebum dan Jiyeon sudah berada di pusat kota Seoul yang tidak terlalu penuh dengan orang yang berlalu lalang. Jaebum mengajak yeoja yang berjalan dibelakangnya itu ke sebuah kedai makanan, mengingat Jiyeon belum sempat mengisi perutnya. Setelah itu namja ini mengajak Jiyeon ke arena permainan untuk melepaskan stress yang menyelubungi yeoja cantik ini.

Mereka mencoba semua permainan yang mengharuskan mereka berdua bertanding satu sama lain. Dari permainan bola basket hingga balap mobil, tidak satupun Jiyeon menang dari Jaebum. Namja itu tidak berniat mengalah pada teman kecilnya. Jiyeon juga tidak pernah berharap namja menyebalkan yang membuatnya melupakan kesedihannya untuk sesaat ini mengalah padanya. Tanpa terasa mereka sudah menghabiskan waktu setengah hari. Langitpun sudah mulai gelap hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengakhiri acara senang-senang mereka hari itu.

“Yaa, noe jeongmal babo! Apakah tidak ada satupun permainan yang kau bisa?” sindir Jaebum setelah duduk di kursi kayu yang disediakan di depan arena permainan tersebut. Jiyeon mendengus lalu dengan kesal duduk di samping namja yang sedang tertawa puas sambil mengibas-ngibaskan bagian depan kaos hitamnya itu.

“Apa kau tidak malu, begitu senang hanya karena mengalahkan seorang yeoja dalam beberapa permainan?” tanya Jiyeon sambil menghadapkan tubuhnya pada Jaebum. Namja itu memutar tubuhnya hingga ia dan Jiyeon berhadapan.

“Pertama, aku tidak peduli kau yeoja atau namja, yang pasti aku menang! Kedua, tolong diralat Nona, bukan beberapa, tapi SEMUA permainan!” ujar Jaebum sengaja menekankan kata semua di kalimatnya.

“Haiiiisshh!!” gumam Jiyeon lalu melipat kedua tangannya di depan dada sedangkan Jaebum hanya cekikikan.

“Tunggu sebentar!” ujar Jaebum lalu meninggalkan Jiyeon yang bingung. Lima menit kemudian namja itu kembali lagi dengan membawa 2 buah ice cream vanilla di tangannya. Ia menyodorkan ice cream yang ia beli untuk Jiyeon. Yeoja itu terdiam sesaat sebelum akhirnya dengan ragu menerima ice tersebut.

“Gomawo!” gumam Jiyeon lalu mulai melahap ice miliknya.

“Kuharap otakmu mendingin setelah memakannya sehingga kau bisa kembali normal.” tukas Jaebum asal lagi-lagi membuat Jiyeon dongkol tanpa bisa membalas ucapannya. “Yaa, kau ini benar-benar! Makan ice cream saja bisa berantakan seperti itu!” lanjut Jaebum saat melihat sisa ice cream di ujung bibir Jiyeon. Namja ini langsung membantu yeoja di hadapannya untuk membersihkan sisa ice sebelum Jiyeon sempat bereaksi.

Yeoja ini langsung menjauhkan kepalanya saat jemari Jaebum menyentuh bibir atasnya. Jiyeon menatap Jaebum lurus dari balik kacamatanya. Namun bukan namja bernama Im Jaebum yang ada di matanya saat ini. Jiyeon mengingat kejadian serupa yang pernah ia alami bersama Woohyun saat mereka merayakan satu tahun hubungan mereka.

#Flashback

Jiyeon dan Woohyun sedang berada di kedai ice cream yang sudah hampir tutup. Di kedai itu hanya tinggal mereka berdua, setelah sebelumnya ada sepasang kekasih yang baru saja meninggalkan kedai ice cream ini.  Keduanya baru selesai menonton film terakhir yang diputar di bioskop. Jiyeon melahap ice creamnya tanpa mempedulikan namja di sampingnya.

“Jiyeon-ah..”

“Hm?” gumam Jiyeon dengan mulut yang sibuk menikmati ice creamnya.

“Apa kau lebih tertarik pada ice cream itu? Kau bahkan tidak bicara atau menatapku sejak masuk ke kedai ini.” protes Woohyun. Jiyeon langsung menghentikan kegiatannya. Ia menatap bingung namja di depannya itu sesaat sebelum akhirnya menjauhkan ice cream conenya lalu tersenyum.

Woohyun terkekeh melihat bibir mungil yeoja chingunya sekarang hampir tertutup cokelat. Namja ini menggelengkan kepalanya lalu mengambil selembar tissue yang tersedia di atas meja yang mereka tempati, berniat membantu yeoja itu membersihkan sisa ice creamnya. Namun tiba-tiba tangan Woohyun terhenti tepat di depan wajah yeoja cantik di depannya ini. Jiyeon memiringkan kepalanya bingung dengan apa yang akan dilakukan Woohyun.

Namja ini tersenyum singkat lalu kembali menggerakkan tangannya tapi bukan untuk menghapus cokelat di sekeliling bibir Jiyeon, melainkan menarik leher yeoja dihadapannya dan membiarkan bibirnya menyentuh bibir penuh cokelat milik yeoja chingunya tersebut. Jiyeon tersentak, matanya membulat karena terlalu terkejut dengan tindakan tiba-tiba dari namja itu.

Beberapa detik kemudian Woohyun menarik kepalanya sendiri lalu membuka matanya yang tadi ia pejamkan saat mengecup yeoja chingunya. Woohyun tersenyum sedangkan Jiyeon masih membeku sambil menatap namja di depannya itu. Yeoja ini langsung menyentuh bibirnya sendiri dengan sebelah tangannya, mengabaikan Woohyun yang terkekeh puas.

“Jiyeon-ah, kenapa kau diam saja?” tanya Woohyun, menghentikan tawanya dan ekspresinya langsung berganti cemas. “Kau marah? Mianhe, aku tidak bermaksud…” Jiyeon menggelengkan kepalanya kuat kuat sebelum Woohyun menyelesaikan kalimatnya.

“Aku hanya terkejut. Itu..itu..itu tadi ciuman pertamaku. Aku tidak menyangka Oppa akan melakukannya.” ujar Jiyeon dan semu merah muncul di pipinya. Jantungnya berdebar lebih kencang berkali-kali lipat. Yeoja ini tidak mampu menatap lawan bicaranya. Ia terlalu malu untuk melihat kedua mata namja chingunya saat ini.

Woohyun tersenyum lalu mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Jiyeon. Woohyun menarik lembut dagu kekasihnya, memaksa yeoja itu untuk menatapnya. Kini jarak keduanya tidak sampai satu jengkal.

“Lalu bagaimana rasanya?” goda Woohyun.

“Rasa cokelat bercampur mint.” jawab Jiyeon polos membuat kening Woohyun berkerut. “Karena ice cream yang Oppa makan, rasanya jadi manis dan dingin.” lanjut Jiyeon sukses membuat tawa Woohyun meledak. Jiyeon yang merasa tersinggung dengan reaksi namja chingunya itu hanya bisa cemberut.

“Kalau begitu, jangan lupakan rasa itu, araso?” ujar Woohyun sambil menyentuh hidung Jiyeon. Yeoja itu mengangguk pelan dengan wajah yang semakin memerah.

#Flashback end

Jaebum beranjak dari kursinya sehingga lamunan Jiyeon terusik. Ia tahu yang saat ini ada di benak yeoja di depannya bukanlah dirinya.

“Kau mau ke mana?” tanya Jiyeon sambil menahan lengan Jaebum.

“Beli minuman sebentar. Kau cepat habiskan ice cream-mu sebelum semakin mencair.” ujar Jaebum lalu pergi ke mini market yang berada beberapa blok dari arena permainan tersebut.

Jiyeon menatap punggung Jaebum sekilas sebelum menundukkan kepalanya dan mulai menghabiskan ice cream di tangannya. Oppa, apa yang sedang kau lakukan? Aku sangat ingin mendengar suaramu saat ini, batin Jiyeon dan setetes air mata kembali terjatuh ke pipinya. Detik berikutnya yeoja ini tersenyum miris, mentertawakan dirinya sendiri.

“Haaa! Bahkan saat ada namja lain yang berusaha membuatku kembali tersenyum, aku malah mengabaikannya.” gumam Jiyeon lalu menghapus air mata yang jatuh tadi, memasukkan sisa ice cream ke dalam mulutnya, kemudian membersihkan bibirnya sendiri dengan tissue yang selalu tersedia di dalam tasnya.

Jiyeon bangkit dari duduknya dan berencana menyusul Jaebum ke mini-market namun niatnya itu terkubur saat matanya bertemu dengan sesosok namja berkacamata hitam yang baru saja keluar dari sebuah toko tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Awalnya namja itu tidak menyadari keberadaan Jiyeon di sana. Namun saat ia baru melangkahkan kakinya, namja ini kembali terhenti. Ia sama terpakunya dengan Jiyeon. Yeoja ini dapat merasakan namja itu juga sedang menatapnya meskipun terhalang kacamata hitam yang dikenakannya.

“Oppa..” panggil Jiyeon tanpa suara. Sedangkan namja yang tidak lain adalah Woohyun, mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Keduanya merasa tenggorokan mereka kering seketika. Kebisingan dari jalanan yang mulai ramai oleh orang-orang yang baru pulang kerja jadi terdengar samar di telinga mereka. Ini pertemuan pertama Jiyeon dan Woohyun sejak hari itu. Selama 4 hari itu mereka sama sekali putus hubungan.

“Oppa, maaf aku lama!” tiba-tiba terdengar suara seorang yeoja yang kental dengan nada manjanya.

Kaki jiyeon mendadak lemas saat melihat yeoja yang menyuruhnya mengakhiri hubungannya dengan Woohyun tengah menggandeng lengan mantan namja chingunya itu. Woohyun pelan-pelan melepaskan tangan Soojung dari lengannya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun pada yeoja yang mematung di hadapannya.

Soojung mendengus karena Woohyun menolak untuk ia gandeng. Ia menatap namja di sampingnya dengan kesal. Tidak lama kemudian yeoja itu mengikuti arah pandang Woohyun, karena tidak kunjung mendapat respon dari namja ini. Matanya melotot saat melihat yeoja yang sangat ia benci berdiri di depannya. Soojung menatap Woohyun dan Jiyeon bergantian lalu mengepal tangannya di samping tubuhnya, menahan emosi.

“Kenapa kau berdiri seperti orang bodoh begitu?” tanya Jaebum dari balik punggung Jiyeon. Yeoja ini buru-buru mengalihkan perhatiannya pada namja yang baru mengeluarkan suaranya.

Mata Woohyun melebar dari balik kacamatanya saat melihat Jaebum muncul di belakang Jiyeon sambil menyodorkan sebotol minuman untuk yeoja yang selalu memenuhi pikirannya saat ini. Hatinya serasa ditusuk berkali-kali saat mengetahui namja yang selalu membuatnya tidak aman itu, kini bersama yeoja yang baru saja mencampakannya.

Jaebum mengerutkan alisnya melihat ekspresi Jiyeon yang sulit diartikan. Tanpa diperintah, namja ini mengikuti arah pandang Jiyeon tadi. Detik berikutnya Jaebum mengetahui alasan mengapa wajah yeoja ini merah padam.

Jiyeon kembali memutar tubuhnya ke arah Woohyun dan Soojung. Untuk beberapa saat matanya dan mata Woohyun kembali bertemu sebelum akhirnya namja itu berjalan melewatinya tanpa menoleh sedikitpun. Soojung hanya mengikutinya dari belakang dan menatap sinis ke arah Jiyeon. Jaebum memandang yeoja di hadapannya yang tengah menunduk dengan tubuh yang mulai bergetar. Hatinya mencelos saat menyadari yeoja yang memiliki posisi penting di hatinya, entah untuk keberapa kalinya mengeluarkan air mata untuk namja lain di hadapannya.

Selama perjalanan pulang hingga berhenti di depan rumahnya, Jiyeon sama sekali tidak mengeluarkan suaranya. Jaebum pun lebih memilih diam dan mengikuti yeoja ini di belakangnya.

“Sepertinya Ajuma belum pulang kerja.” ujar Jaebum tepat di depan pagar kediaman tentanganya. Jiyeon menoleh sesaat sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada rumahnya yang kosong.

“Ne. Mungkin lembur. Gomawo untuk hari ini. aku masuk dulu.” tukas Jiyeon lemah lalu membuka pintu gerbang rumahnya.

“Bisakah aku makan malam di rumahmu? Eomma dan Appa hari ada acara. Aku tidak ada teman makan.” ujar Jaebum buru-buru. Jiyeon menatap bingung namja di depannya itu. Yeoja ini tahu betul, apa yang diucapkan Jaebum hanay akal-akalannya saja agar ia bisa menemaninya di rumah.

“Aku..”

“Kau akan berurusan dengan Eommaku kalau aku sampai jatuh sakit karena kelaparan.” sela Jaebum sebelum Jiyeon menolak permintaannya. Yeoja itu berpikir sebentar lalu menghela nafas sebelum mempersilakan namja di depannya itu masuk ke rumahnya.

Jaebum langsung menghempaskan dirinya ke sofa begitu tiba di ruang tengah rumah Jiyeon. sedangkan sang pemilik rumah langsung masuk ke kamarnya, mengabaikan suara Jaebum yang merengek minta air minum. Tidak lama kemudian Jiyeon keluar lagi dari kamarnya sudah mengenakan kaos lebar dan celana pendek yang nyaman.

“Kau mau ke mana?” tanya Jaebum saat melihat yeoja itu membuka pintu rumahnya.

“Bukankah kau mau makan? Aku akan membeli beberapa bahan dulu di mini market di depan. Kau jaga rumah saja!” jawab Jiyeon ketus lalu menutup pintu rumahnya tanpa memberi kesempatan pada Jaebum untuk berkomentar.

Sekitar lima belis menit kemudian, Jiyeon sudah selesai berbelanja. Ia membeli beberapa bahan untuk membuat dokbokki dan sayur sederhana seperti kimchi jjigae. Tangannya sudah penuh memeluk  kantong berukuran sedang berisi belanjaannya. Ia menelusuri gang rumahnya sambil melamun. Jiyeon tidak dapat melupakan bagaimana Woohyun berjalan melewatinya layaknya dua orang yang tidak saling mengenal.

“Aku benar-benar gadis yang egois! Bagaimana bisa aku mengharapkan Woohyun Oppa menyambutku seperti sebelumnya setelah beberapa hari yang lalu kuputuskan dia dengan kata-kata tajamku.” gumam Jiyeon pada dirinya sendiri lalu tersenyum miris.

Tanpa terasa yeoja ini sudah tiba di depan gerbang rumahnya. Ia merogoh kunci dari saku celana belakangnya dan tanpa sengaja membuat jeruk yang dibelinya untuk pencuci mulut terjatuh dari kantong bawaannya yang miring.

“Omo!” gumam lalu segera mengejar jeruk yang menggelinding itu.

Detik berikutnya langahnya terhenti di depan seseorang. Orang itu membukuk untuk memungut jeruk yang berhenti tepat di kakinya. Mata Jiyeon melebar saat menyadari orang tersebut adalah namja yang ia pikirkan tadi. Namja itu kini tidak memakai kacamata hingga Jiyeon bisa melihat mata merah dan bau alkohol yang kuat dari tubuh namja bernama Woohyun itu.

“Gomawo!” ujar Jiyeon sambil mengambil jeruk dari tangan Woohyun kemudian berbalik meninggalkannya.

Baru beberapa langkah, yeoja ini berhenti karena merasakan kehangatan yang sangat ia rindukan menyelubungi tubuhnya. Woohyun memeluknya dari belakang. Jiyeon menegang. Yeoja ini terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dengan perlahan melepaskan tangan namja itu yang melingkar di lehernya.

“Apa yang Oppa lakukan disini? Dan bagaimana mungkin kau keluar dalam keadaan mabuk seperti ini?” tanya Jiyeon setelah memutar tubuhnya menghadap namja itu. Woohyun tertawa sinis.

“Setidaknya kau masih memanggiku dengan sebutan Oppa.” katanya. Jiyeon menghela nafasnya lalu memutuskan untuk segera masuk ke rumahnya.

“Yaa, Park Jiyeon! Apa kau bisa melupakanku semudah itu?” tanya Woohyun sukses membuat Jiyeon kembali menghentikan pergerakannya. “Aku masih tidak terima kau memutuskanku secara sepihak. Kau tahu karena memikirkanmu aku tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaanku dan mengacaukan semuanya sehingga membuat member yang lain mendapat imbasnya.”

“Jadi sekarang kau menyalahkanku?” tanya Jiyeon kembali membalikan tubuhnya. Mata mereka berdua beradu. Woohyun menatap yeoja di depannya dengan kesedihan yang mendalam. Sedangkan Jiyeon berusaha sekuat mungkin untuk menatap lurus kedua bola mata namja itu.

“Andaikan aku bisa, aku pasti akan menyalahkanmu karena telah mengacaukan hati dan pikiranku. Park Jiyeon, bisakah kau mengatakan alasan sebenarnya kau mencampakanku? Lelah karena statusku? Huh, hanya orang bodoh yang akan mempercayainya.”

“Kau pulanglah!” pinta Jiyeon, ingin segera mengakhiri percakapan yang paling ia hindari ini. “Kau mabuk! Akan sia-sia bagiku berbicara denganmu.” sambung Jiyeon. Woohyun langsung menahan lengan yeoja itu sebelum ia kembali beranjak dari temaptnya berdiri.

“Aku mencintaimu. Hanya kau satu-satunya yeoja yang bisa membuat hatiku berdegup tidak karuan. Apa itu tidak cukup bagimu?” tanya Woohyun lirih.

Jiyeon sudah tidak sanggup menahan air mata yang memaksa keluar dari pelupuk matanya. Ia bergeming. Rasanya sulit untuk sekedar menelan air liurnya sendiri.

Jaebum yang merasa cemas karena Jiyeon tak kunjung pulang, memilih untuk keluar dari rumah teman kecilnya ini. Sepintas ia melihat yeoja yang ditunggunya itu berdiri di depan pagar, namun yeoja itu tidak nampak akan masuk ke dalam rumahnya sendiri. Hingga akhirnya Jaebum memutuskan untuk menghampirinya.

“Yaa, Jiyeon-ah! Apa yang kau lakukan di luar? Kau sengaja membuatku kelaparan?” tanya Jaebum sambil membuka pintu pagar rumah yeoja itu. Detik berikutnya matanya beradu dengan mata namja yang sedang menggenggam lengan Jiyeon saat itu. Jiyeon menatap kedua namja di sampingnya itu bergantian.

To be continued..

36 thoughts on “INFINITE LOVE (Chapter 8)

  1. Duh ceritanya sedih bangetttttt ayo post lagi chap 9 nya ditunggu ya jgn lama2 krn uda penasaran bgt nih hehehehe

  2. Huaah, apa yg kan terjadi!
    Bingung deh, aq suka jiyeon dengan woohyun, karna mereka saling mencintai, tp aq jga suka jiyeon dgn jaebum karna jaebum cinta ma jiyeon dan keliatan pengertian n perhatian dgn jiyeon n mereka tu punya crta masalalu yg menarik menurutQ.
    Galauuu…

    Author Daebak

  3. aduuuh woohyun dan jiyeon begitu sengsara(?)..
    Itu semua karena yeoja iblis keg soojung!!!!
    Soojung pergilah kau ke tempat kau yg seharusnya a.k.a HELL jangan ganggu kehidupan manusia lagi #pletak gaje *abaikan
    aaaa oenni lanjutannya cepat yaaa penasaaaraaan
    😀

  4. Miris bngetzz kisah Jiji n’ Namu gara2 soojung yg super duper mnyebalkan n’ egois Jiyeon hrus rela mtusin namja yg di cintai’x. . .
    Brharap yg trbaik aja dehh buat Jiyeon. . .
    Mau’nya sihh Jiyeon baikan lagi sama Namu. . .

    D’tunggu bngetzz next part’x. . . Yg cpet yahh thor jgn klamaan donkk makin pnsran aja sama Nihh FF. . .

  5. Aigooo…
    Woohyeon jngan lama”donk putus_ny…
    Cpet”dech kbuka kbusukan c’soo jung… 😡
    next jngan lama donk… B-)

  6. Makin seru aja niyyyy….thorrrr satukan kembali jiyeon n woohyun…
    ƍäªk tega ngeliat mereka menderita semua…

    Update soon
    🙂

  7. DEABAAAAAKKKKK… two thumbs up for u authornim 🙂
    Aku tunggu chapter berikutnya… Woohyun & jiyeon, emang serasi 🙂

    • hahaahhaha..Jiyeon seh eman gserasi sama siapa aja..
      tapi sama namu aku suka banget..hahahaha (kesenagnan pribadi)..
      thx yaaa udah mau mampir ^^

      • Iya.. Jiyeon tuh serasi sama siapa aja, tp aku paling suka jiyeon sama woohyun, kali mikirin mereka berdua jd senyum-senyum gaje… Hahahahaha

      • Suka bangeeeeeettttt… >\\\\\<
        Tipe aku banget #loh
        Awalnya aku suka sama suaranya, lama-lama jd suka segalanya dari seorg nam woohyun.. 🙂

      • Gokil parah dia.. Hehehehe
        Aku udh lama nyari ff woohyun yg di pairing ama jiyeon, tp sedikit, kebnykn myungsoo 😦
        Sering-sering ya bikin ff woohyun-jiyeon 😀

  8. Wah thor mana nih lanjutannya? Aku uda ampe bukain ini tiap hari loh buat nunggu lanjutannya hehehehhehehe

  9. Aaaaa author…. aku terharu :’) (?)
    sampai tak bisa berkata apa-apa…

    greget iiii pengen nyatuin lagi mereka, JB bantuin dong biar Namu ama Jiji bisa bersatu lagi *ups

  10. lagi asyik baca dan playlist ‘ifinite still i miss you’ lagsung main,
    sesuatu ,, *sobs*
    loncat ke next episode …

    heol~ cokelat campur mint? >,<

  11. JB suka aku karakternya,menghibur dan sprtnya dia mulai sukses mnjd pahlawan jiyeon tp lht nanti apa berhsl mendptkan hati jiyeon. Flasback woohyun n jiyeon so sweet deh.
    Aww,yg terakhir seru tuh,lnjt baca lagi ahhh 😀

Leave a reply to ifahsiwonest Cancel reply